Pesona Dua Desa Wisata di Yogyakarta: Keindahan Alam, Prestasi, dan Tantangan Pengembangan

Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar), Ni Luh Puspa, melakukan kunjungan penting ke Desa Wisata Tinalah dan Desa Wisata Pandanrejo di Yogyakarta pada Sabtu (24/1). Kunjungan ini menyoroti keunggulan luar biasa kedua desa tersebut sekaligus tantangan yang perlu diatasi untuk mewujudkan potensi maksimalnya.
“Kami ingin melihat langsung keunggulan yang ada, sekaligus mengidentifikasi apa yang perlu dikembangkan bersama untuk meningkatkan daya saing desa wisata ini,” ungkap Ni Luh Puspa dalam pernyataan resminya.
Tinalah: Desa Wisata di Antara Sungai dan Pegunungan
Desa Wisata Tinalah, yang terletak di kawasan Pegunungan Menoreh, dikenal dengan keindahan alamnya yang menawan. Lokasi strategis di antara Sungai Tinalah dan hutan hijau membuat desa ini menjadi destinasi favorit. Sepanjang tahun 2024, desa ini berhasil menarik lebih dari 9 ribu wisatawan.
Bukan hanya soal panorama, desa ini juga menjadi sorotan karena prestasi internasionalnya. Beberapa penghargaan seperti Silver Award Responsible Tourism Southeast Asia 2024 dan Gold Digital Creative Tourism Destination Award 2022 berhasil diraih.
Namun, tantangan tetap ada. Penyediaan toilet bersih dan pengelolaan sampah berbasis TPS3R (Reduce, Reuse, Recycle) menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Jika tantangan ini diatasi, Tinalah dapat semakin memperkuat posisinya sebagai desa wisata unggulan penyangga Kawasan Borobudur.
Pandanrejo: Surga Wisata Edukasi dan Pemberdayaan Lokal
Di sisi lain, Desa Wisata Pandanrejo menawarkan pengalaman unik dengan suasana pedesaan yang asri. Salah satu daya tarik utamanya adalah peternakan kambing etawa ras Kaligesing, yang tidak hanya menjadi objek wisata tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal.
Pada 2023, desa ini mencatat omzet fantastis sebesar Rp1,3 miliar dari berbagai aktivitas wisata dan pengelolaan produk lokal. Dukungan dari Poltekpar NHI Bandung bahkan telah membantu masyarakat mengolah susu kambing menjadi produk inovatif seperti bolu pisang susu kambing.
Meski demikian, tantangan tetap ada. Aksesibilitas yang terbatas untuk kendaraan besar dan pengelolaan sentra oleh-oleh yang belum terorganisasi menjadi catatan penting bagi pengelola desa.
Optimisme Masa Depan Desa Wisata
Ni Luh Puspa memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat dan pemerintah desa yang berhasil menggerakkan ekonomi lokal melalui pariwisata. “Saya sangat mengapresiasi kerja keras teman-teman pengelola desa wisata. Ini adalah bukti nyata bahwa pariwisata bisa menjadi penggerak ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Dengan dukungan pemerintah, pelatihan berkelanjutan, dan kolaborasi dengan berbagai pihak, Desa Wisata Tinalah dan Pandanrejo berpeluang besar menjadi model pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Bukan hanya keindahan, tetapi juga dampak positif bagi ekonomi masyarakat lokal yang menjadi daya tarik utama.
Tulis Komentar