Hamas Tawarkan Dialog Bersejarah dengan Amerika Serikat Pasca Gencatan Senjata Gaza

Gaza, 21 Januari 2025 – Dalam langkah yang mengejutkan dunia internasional, pejabat senior Hamas, Mousa Abu Marzouk, menyatakan kesediaan kelompoknya untuk memulai dialog dengan Amerika Serikat (AS). Pernyataan ini datang hanya beberapa jam setelah gencatan senjata antara Hamas dan Israel resmi berlaku, membawa secercah harapan bagi masa depan konflik Palestina-Israel yang selama ini buntu.

“Kami siap berdialog dengan Amerika dan mencapai kesepahaman tentang segala hal,” kata Abu Marzouk dalam wawancara eksklusif dengan The New York Times. Ia bahkan mengundang utusan Presiden AS Donald Trump untuk datang ke Gaza, menawarkan perlindungan penuh guna memfasilitasi diskusi langsung.

Langkah ini dinilai sebagai strategi Hamas untuk memperluas hubungan internasional dan memperbaiki citranya di dunia, terutama di mata negara-negara Barat yang selama ini memandangnya sebagai ancaman. Abu Marzouk menegaskan bahwa dialog ini bertujuan agar AS memahami aspirasi rakyat Palestina dan mengadopsi kebijakan yang lebih adil, tidak lagi berpihak secara eksklusif kepada Israel.

Peran Trump dalam Gencatan Senjata

Abu Marzouk memuji peran Presiden Donald Trump dalam memediasi gencatan senjata, menyebut keterlibatan utusannya, Steven Witkoff, sebagai faktor kunci dalam tercapainya kesepakatan tersebut. NBC News melaporkan bahwa Witkoff bahkan mempertimbangkan kunjungan ke Gaza untuk memperkuat kesepakatan damai.

“Jika bukan karena Presiden Trump, kesepakatan ini mungkin tidak akan terjadi. Ini adalah momen penting yang bisa membuka jalan bagi perubahan besar,” tambah Abu Marzouk.

Tantangan Dialog

Namun, inisiatif ini bukan tanpa hambatan. Meski Hamas telah menunjukkan sikap moderat dengan dokumen politik tahun 2017 yang menerima solusi dua negara di perbatasan 1967, kelompok ini tetap menolak mengakui Israel. Selain itu, kesediaan Hamas untuk melepas kendali pemerintahan sipil di Gaza bertolak belakang dengan tekadnya mempertahankan sayap militer, yang dianggap sebagai tulang punggung perlawanan.

Apakah dialog ini akan diterima oleh pemerintahan Trump? Dan, lebih penting lagi, apakah langkah ini cukup untuk mengubah dinamika konflik yang telah berlangsung puluhan tahun? Dunia menanti dengan harapan, sekaligus skeptisisme.

Langkah Menuju Perdamaian atau Strategi Politik?

Pengamat politik internasional melihat langkah ini sebagai terobosan bersejarah, tetapi juga menyoroti kemungkinan bahwa ini adalah strategi Hamas untuk mengamankan bantuan internasional guna rekonstruksi Gaza pascaperang. Amerika Serikat sendiri belum memberikan respons resmi atas undangan tersebut, dan posisi Hamas di mata dunia tetap menjadi perdebatan sengit.